Friday, 26 October 2018

SALAH JURUSAN. APA YANG HARUS SAYA LAKUKAN?


Kok makin kesini gue makin gak ngerti yah pelajaran di jurusan perkuliahan ini?

Gila gue udah stuck kayaknya gue mau pindah jurusan aja deh!

Setelah menjalani beberapa smester, kok sepertinya ini bukan passion saya?

Gimana ni ahh gila, udah lah gue mogok aja gausah kuliah!



Pernah gak sih kalian merasa bahwa kalian adalah seorang mahasiswa yang paling menderita sedunia, dengan segudang pertanyaan yang menghantui di kepala kalian? Kalian merasa menjalani hari- hari kuliah tidak bersemangat seakan menyiksa dan bahkan ada yang sampai depresi. Saya mengerti bahwa pilihan atas masa depanmu harus diperjuangkan tanpa ada paksaan baik dari keluarga, maupun karena ikut- ikutan teman. Kita bahkan tahu betul bahwa ketika memasuki dunia perkuliahan dengan segudang aktivitas maupun tugas- tugas paper itu sudah sangat menyita waktu, pikiran dan energy kita sendiri tetapi akan sangat berbeda rasanya jika kita melakukan itu semua dengan senang hati, ikhlas dan fokus. Hal tersebut harus dibarengi dengan minat kita sedari awal memilih untuk jurusan perkuliahan. Beberapa pengalaman yang saya temui atau bahkan saya dengar dan saya alami, banyak sekali mahasiswa yang tidak punya pendirian serta prinsip dalam menentukan suatu jurusan perkuliahan hanya karena di dokrin oleh keluarga yang bernotabene karirmu akan cerah- secerah matahari pagi. Bahkan ditemukan beberapa kasus ekstrim dimana pihak keluarga mengancam tidak akan membiayai perkuliahan saat anaknya memang tidak ingin untuk masuk di suatu jurusan tersebut, sehingga menimbulkan pro dan kontra dalam batinnya.

Saya disini cuma berpesan pada kalian para pembaca, jangan pernah menggantungkan cita- cita mu kepada orang lain, yang harus kalian lakukan adalah pikirkan, cari referensi dan tentukan pilihan. Walaupun kalian mesti berusaha keras untuk benar- benar meyakinkan keluarga kalian bahwa apabila ketidaksesusaian itu berdampak kepada mental dan psikis kalian. Jika memang sudah tidak bisa untuk meredam suatu ambisi keluarga, ada dua cara yang harus kalian lakukan yaitu: menjadikan suatu tantangan untuk diri lalu tunjukkan bahwa kalian mampu menyelesaikan hal itu atau berusaha meyakinkan itupun perlu waktu yang tidak sebentar tetapi akan sangat menguntungkan kalian dan menjadikan kalian pribadi yang berpegang teguh suatu keputusan mengenai masa depan kalian sendiri, bukan masa depan keluarga.

Beberapa transisi kehidupan antara masa perkuliahan dengan masa remaja saat di SMA sangatlah kontras perbedaannya, dimana pada saat remaja itu lebih banyak menghabiskan waktu kalian setelah pulang sekolah adalah berkumpul dengan teman- teman. Berbeda  dengan dunia perkuliahan dimana seorang mahasiswa dituntut kedewasaannya untuk menyelesaikan tanggung jawabnya seperti tugas- tugas kuliah, yang bahkan sampai kewalahan dibuatnya. Jika jurusan tersebut atas pilihan sendiri akan sangat bersemangat sekali menjalani hari- hari seakan tidak sabar menunggu hari esok untuk duduk dibangku kuliah, lain halnya jika dijalani nya dengan penuh keterpaksaan, rasanya saat perkuliahan dimulai beberapa menit kemudian ingin izin ke toilet, ternyata malah makan di kantin kampus (lucunya tingkah anak mahasiswa ini). Bahkan ada perilaku yang sangat ekstrim dari para mahasiswa yaitu depresi yang berakibat pada lamanya waktu yang sudah dijadikan standar untuk kelulusan seorang mahasiswa dan menjadi seorang mahasiswa abadi.

Peran keluarga adalah faktor utama untuk membentuk suatu karakter dari seorang anak. Keberhasilan anak tergantung dari peran tersebut yang mana dahulu kita pernah pelajari di jaman SMA, tentang ilmu sosiologi tentang proses pembentukan karakter. Perlunya peran para orang tua untuk memahami sejauh mana kemampuan anak, ini berkaitan dengan psikologisnya. Sangatlah disayangkan jika pada akhirnya waktu yang berharga terbuang sia- sia, saya sangatlah berharap bahwa orang tua jangan memaksakan kehendak anak untuk mengikuti apa yang bukan minatnya.

Jika dilihat lebih jauh lagi, kenyataan keterbukaannya lapangan pekerjaan sangatlah tidak sesuai dengan banyaknya sekolah yang ada dan beberapa kampus yang ada terutama di kota- kota besar. Persaingan yang sangat ketat membuat semakin mematahkan semangat anak yang salah memilih jurusan, tetapi saya juga yakin ada pula yang pada akhirnya menjadi sangatlah bersemangat untuk mengejar mimpi alternatif ketidaksesuaiannya. Adapula yang akhirnya mengundurkan diri dari suatu instansi perkuliahan yang mana dia baru bisa menentukan perkuliahan yang tidak sesuai dengan minatnya.

Jangan berkecil hati para mahasiswa yang menganggap bahwa jurusan kuliahnya saat ini adalah salah. Yang harus kalian lakukan adalah syukuri apa yang terjadi, benahi diri menjadi pribadi yang lebih baik, berdamailah dengan hati kalian, sayangilah orang tua kalian yang berharap akan masa depan kalian yang cerah, tunjukkan kepada mereka bahwa saya bisa berprestasi, saya bisa menjadi pribadi yang kuat, saya hebat, dan saya mampu. Saya yakin ilmu yang telah kalian dapatkan akan sangat bermanfaat sekali bagi diri kalian, bagi anak- anak kalian, bagi nusa dan bangsa.



Salam.

Miss Burgundy


5 ALASAN YANG SALAH SAAT INGIN MELANJUTKAN KULIAH S2

Wihh keren ya lu udah S2 Magister ….
Setelah S2 lu mau ngapain?
Lu gak takut di jauhin cowok- cowok karena S2 lu?
Emang ada yang jamin kalau S2 bisa sukses!

Itu adalah contoh pernyataan negatif tentang pendidikan magister dari para kaum sarkasme yang tidak mengerti bahwa pendidikan itu sangatlah penting, sekalipun dengan gelar magistermu belum tentu dapat menjamin akan kesuksesanmu kelak, tetapi ingatlah bahwa apa yang sedang kamu jalani atau yang sudah terlewat akan bermanfaat bagi anak- anakmu atau generasi mu kelak. Di dalam era milenials ini banyak sekali drama yang bermunculan diantara sebagian masyarakat entah dengan motif iri dengki atau memang mereka melontarkan pernyataannya dengan jujur terkait wanita/pria yang melanjutkan kuliah S2 dengan biaya sendiri terkecuali jika mendapatkan beasiswa itu lain soal.
Saya disini cuma ingin berbagi info mengenai, beberapa alasan yang salah ketika kamu memutuskan untuk melanjutkan studi magister dalam bidang apapun:
1.   Gengsi dengan teman
Berbagai macam alasan kamu iri dengan temanmu yang sering hang out bareng ternyata sedang melanjutkan S2 dan kamu merasa gengsi, lantas kamu ikut- ikutan mereka dengan dalih agar setara dengan mereka. Kadang kamu juga akan merasa canggung dan gengsi menghadiri reuni kampus dengan teman- teman yang sudah menyabet gelar pasca sarjana baik di dalam maupun diluar negeri. Guys, jika alasan kalian seperti itu batalkan segera niatmu untuk melanjutkan S2 selain membuang- buang uang, waktumu juga akan terbuang sia- sia.

2.   Belum mendapatkan pekerjaan
Ada beberapa orang yang belum mendapatkan pekerjaan saat lulus dari gelar sarjananya, lantas berniat untuk melanjutkan kuliah S2 agar mendapatkan pekerjaanyang lebih baik. Jika kalian berpikiran seperti itu kalian salah besar. Karena saat berada di dunia pekerjaan yang sangat dibutuhkan adalah keahlian. Banyak beberapa perusahaan yang lebih memilih mempekerjakan lulusan SMA, D3 ataupun sarjana dikarenakan mereka lebih ringan untuk membayar gaji lulusan tersebut daripada lulusan S2. Terkadang beberapa orang diposisi General Manager ataupun CEO perusahaan besar bahkan tidak memiliki gelar S2.

3.   Menyibukkan diri dari pertanyaan “kapan nikah?”
Beberapa kasus yang sering terjadi adalah saat mendapatkan gelar sarjana lantas orang sekeliling akan menanyakan “kapan nikah?” suatu pertanyaan singkat tetapi menorehkan luka dalam yang sulit terobati (lebay banget coyy!). lantas untuk menghindari hal tersebut lalu kalian memutuskan untuk melanjutkan kuliah S2, keputusan terbaiknya adalah jika kalian berhasil meneruskan dan serius dalam menjalaninya tanpa ada paksaan dari pihak manapun, tetapi yang sangat disayangkan adalah niat kalian untuk kuliah S2 hanya untuk mencari jodoh di kampus (karena rata- rata cowok- cowoknya sudah banyak yang menikah), asal jangan jadi pelakor aja ya, perilaku yang sangat tidak terpuji.

4.   Ingin di gaji lebih tinggi
Beranggapan bahwa setelah lulus S2 dan menyandang gelar Magister, lantas gajimu menjadi lebih besar jika dibandingkan dengan lulusan sarjana common guys, buanglah semua pemikiran itu karena sangat tidak tepat. Oleh karena, di jaman era milenial ini yang sangatlah dibutuhkan adalah suatu keahlian. Beberapa perusahaan banyak yang memilih untuk mempekerjakan karyawan sarjana karena pengalamannya di bandingkan lulusan Magister. Ada istilahnya semaikin banyak pengalaman maka semakin besar gajinya, bukan semakin banyak gelarnya.

5.   Ingin sukses
Jangan berasumsi dengan mengenyam pendidikan S2 maka sudah pasti akan lebih sukses dari sekadar lulusan S1 saja. Steve Icampo, manajer of Worldwide Staffing di Amphenol Corporation, dalam sebuah wawancara menyatakan bahwa pendidikan pascasarjana tidak akan serta merta menjamin kesuksesan seseorang.
Orang-orang terkaya di dunia saat ini adalah entrepreneur yang tidak punya gelar master, sebut saja Mark Zuckerberg (Facebook), Bill Gates (Microsoft), Steve Jobs (Apple), Amancio Ortega (Zara), Sir Richard Branson (Virgin), dan Ingvar Kampard (Ikea).

Dari 5 alasan yang salah ketika kamu memutuskan untuk lanjuti S2 di atas, kesimpulannya adalah jika melanjutkan jenjang pendidikan dari sarjana ke magister belum tentu menjamin kesuksesan kamu kelak. Dan jika kamu memang berniat melanjutkan jenjang pendidikan ke S2 kelak, pastikan kalau alasannya sudah benar- benar matang dan ilmunya bisa kamu terapkan untuk karirmu ke depannya. Lain hal jika kamu mendapat suatu beasiswa maka manfaatkanlah sebaik mungkin. Selamat mengejar ilmu, burgunders!

Salam,
Miss Burgundy